Praktek Ilmu Pelet
Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa kita dapat menciptakan sesuatu (termasuk cinta) dengan fikiran positif. Fikiran positif adalah dasar dari semua jenis ilmu agar berhasil. Biasa disebut sebagai keyakinan. Masalahnya adalah manusia baru mau yakin bila melihat bukti di hadapannya. Sayangnya, di dalam dunia supranatural, bukti akan terbentang lebar di depan mata hanya dan hanya jika kita yakin. Tanpa keyakinan tersebut, tidak ada gunanya semua hal yang dilakukan. Keyakinan itu sendiri dapat diperoleh melalui cerita keberhasilan atau menyaksikan secara langsung keberhasilan orang lain yang telah lebih dahulu mempraktekkannya.
Setelah modal keyakinan sudah berada di dalam hati, perlu dilakukan apa yang dinamakan mantera (do’a atau ajian, dll). Ilmu pelet berbasis mantera sangat mudah ditemukan. Baik itu melalui ijazah dari seorang guru maupun didapat secara bebas dari buku dan internet. Namun pada prakteknya, ilmu pelet tidaklah sesederhana seperti membaca dongeng sebelum tidur.
Ada banyak mantera ilmu pelet dengan cara atau ritualnya masing-masing yang unik. Namun kalau dibuat semacam kerangka, maka urutan ritualnya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan: biasanya dalam bentuk pembersihan diri, misalnya mandi jinabat dan wudhu. Setelah itu biasanya juga diikuti dengan pembersihan pikiran dari hal-hal negative. Langkah ini bias berupa shalat dan dzikir untuk menenangkan fikiran.
2. Pembacaan mantera atau do’a maupun ajian yang merupakan inti dari praktek ilmu pelet.
3. Penutup: setelah rangkaian praktek ilmu pelet berakhir, langkah selanjutnya adalah lupakan semua itu. Pasrahkan saja hasilnya lalu perhatikan perkembangan proses bekerjanya ilmu pelet pada diri target.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses ritual pembacaaan mantera, antara lain:
1. Visualisasi
Visualisasi adalah teknik membayangkan tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini adalah membayangkan rupa target praktek ilmu pelet secara utuh. Pada visualisasi ini sangat baik bila target dibayangkan rupanya secara utuh mulai dari kepala hingga kaki. Selain itu, penting juga membayangkan keinginan kita, misalnya kita bayangkan target tersenyum menatap kita dengan penuh cinta.
2. Afirmasi positif.
Afirmasi adalah rangkaian kata yang diucapkan (bisa juga di dalam hati maupun secara lisan) berulang-ulang. Umumnya mengandung isi yang sesuai dengan keinginan. Pada kenyataannya hampir semua mantera berisi afirmasi positif. Misalnya “cahaya Yusuf pada wajahku, semua yang melihatku akan mencintaiku”. Namun biasakanlah memberi energi pada sebuah afirmasi (dalam hal ini, mantera). Caranya adalah dengan menghayati arti dan makna sebuah afirmasi itu sendiri. Akan sangat menakjubkan hasilnya bila disertai visualisasi yang kuat. Pada contoh afirmasi di atas, visualisasikan cahaya terang menyelimuti wajah kita dan banyak orang tunduk atau pun bertekuk lutut di hadapan kita.
3. Sarana atau media pendukung.
Perlu disiapkan sarana misalnya berupa foto target untuk mempermudah visualisasi. Dalam beberapa praktek ilmu pelet tertentu, terkadang harus disiapkan sejenis minyak maupun buhur atau kemenyan. Sarana-sarana ini disesuaikan dengan petunjuk dari guru masing-masing. Menurut pengamatan saya, ketika menggunakan ilmu pelet yang menggunakan khodam, maka sarana-saran ini akan cukup banyak ragamnya, dan tentu saja sangat penting keberadaannya.
Saya tekankan sekali lagi bahwa setelah melakukan praktek ilmu pelet secara lengkap, kita harus menjaga agar pola fikir tetap terjaga. Semua akan menjadi sia-sia kalau kita melakukannya namun dalam keseharian tetap dan selalu berutat dengan fikiran-fikiran bagaimana sakit hatinya perasaan kita dilukai oleh mantan pacar.